Probolinggo – Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (Pertani HKTI) Jatim yang diketuai Dr Lia Istifhama seketika bergerak turun ke sawah di Paiton guna meninjau tanaman padi, tembakau dan cabe yang diduga rusak akibat terpapar limbah tambak udang yang berlokasi di dusun Mandaran desa Pondok Kelor kecamatan Paiton kabupaten Probolinggo. (Minggu, 10/10/2021)
Selepas dari Pondok Kelor, rombongan tim bergerak menuju area persawahan yang berlokasi di dusun Karang Anom desa Karanganyar kecamatan Paiton kabupaten Probolinggo.
Diketahui, beberapa waktu lalu pemukiman warga setempat terendam air laut, hingga warga berunjuk rasa di kantor desa Karanganyar.
Siang itu (Minggu, 10/10/2021), Ketua Pertani HKTI Jatim turun langsung ke sawah.
Dr Lia Istifhama bersama wakilnya Veronika dan tiga orang pengurus Pertani HKTI Jatim, beserta belasan orang yang turut mengawal, diantaranya Tjandra Koordinator LBH Cinta Keadilan Semesta (CKS) wilayah Jatim-7 selaku pendamping hukum warga terdampak yang sawahnya diduga rusak akibat terpapar limbah dari tambak.
Nampak juga turut, Sulis Riyanto Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Korma Nusantara yang juga sebagai Ketua Umum Ormas Korma Nusantara.
Peristiwa tercemarnya sawah oleh diduga limbah itu tak luput dari pantauan LSM Generasi Masyarakat Adil Sejahtera (GMAS) DPW Jatim.
Adapun fenomena itu menjadi atensi Divisi Advokasi LSM GMAS Jatim.
Dalam giat tinjauan itu, Pertani HKTI Jatim juga melibatkan tim dari Bio Tani, yang berperan mengatasi permasalahan pertanian dengan cara memperbaiki tanaman yang rusak maupun mengembalikan unsur tanah agar bisa kembali produktif.
Pantauan media, tim Pertani HKTI Jatim sejumlah 16 orang itu turun ke lahan pertanian milik petani warga desa Pondok Kelor dan desa Karanganyar kecamatan Paiton kabupaten Probolinggo.
Tim yang dikomandoi Dr Lia Istifhama itu bergerak mengamati seluruh bidang sawah yang rusak dan saluran pembuangan diduga limbah yang mencemari area persawahan di dusun Mandaran desa Pondok Kelor kecamatan Paiton kabupaten Probolinggo.
Siang itu, nampak warga sangat antusias.
Di tengah teriknya sorotan Matahari, warga setempat mengiringi langkah Ning Lia, sapaan akrab Dr Lia Istifhama.
Sambil berjalan, merekapun mengadu kepada Ning Lia, warga terdampak itu berkeluh kesah mencurahkan kesedihan yang telah sekian tahun dirasakannya.
Kepada media, Ketua Pertani HKTI Jatim mengatakan,
“Hari ini, kami menemui banyak petani terdampak dari limbah yang dikeluarkan dari perusahaan di sekitar mereka, yang tepatnya di desa Pondok Kelor dan desa Karanganyar.”, ungkapnya. (10/10/2021)
Lia menerangkan,
“Di sini memang kami menjumpai fakta, real yang terjadi di sini. Dan itu akan menjadi sebuah referensi dari kami, apa yang bisa kita lakukan setelahnya, apakah kita bisa menyampaikan kepada pihak-pihak lain, ataukah bagaimana. Minimal, fakta itu sudah ada.”, tegasnya.
Lebih lanjut, Ning Lia menyampaikan bahwa dampaknya memang sangat merugikan, yaitu gagal panen. Menurut warga yang mengadu, ada dari mereka yang merugi selama 2 tahun, dan masa merugi mereka yang terpanjang yaitu hingga 20 tahun.
“Pengorbanan mereka (petani) turun ke sawah setiap hari berpanas-panasan, sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, pengorbanan waktu namun sia-sia. Kasihan kan mereka.”, ucapnya
“Kita akan coba lakukan dengan prosedural. Semoga pihak-pihak yang berkaitan dengan ini bisa terbuka mata hatinya.”, kata Lia tegas.
Kepada media, Ketua Gerakan Advokat dan Aktifis Se-Jatim (GAAS), Latif mengatakan,
“Semua tidak terlepas dari kepedulian para pengusaha tambak terhadap lingkungan dan alam semesta karena jelas dalam kitab suci disebutkan kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia. Maka kita sebagai ummat manusia harus sadar nikmat yang diberikan oleh TUHAN harus dijaga karena manusia sebagai penjaga muka bumi. Jangan hanya untuk kepentingan pribadi yang berdampak pada rusaknya lingkungan dan merugikan banyak orang, terutama alam semesta untuk masa depan anak cucu kita.”, tutur pria asal Sampang dengan panggilan akrab Pak Ustad.